Senin, 18 Mei 2015

LAPORAN MID SEMESTER PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TERNAK

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui vena dan arteri yang memasok oksigen, dan bahan makanan ke seluruh jaringan tubuh serta mengambil karbondioksida dan sisa metabolisme dari jaringan. Darah memiliki dua komponen penyusun yaitu plasma dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian dari komponen darah yang berwarna kekuning-kuningan yang jumlahnya sekitar 60% dari volume darah, sedangkan sel darah adalah komponen selluler dari darah termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Leukosit) dan keping-keping darah (trombosit). Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok pemeriksaan laboratorium klinik yang terdiri dari beberapa macam pemeriksaan seperti kadar hemoglobin, hitung lekosit, eritrosit, trombosit, laju endap darah (LED), sediaan hapus, hematokrit, retikulosit, dan pemeriksaan hemostatis. (Depkes RI, 1989)
Denyut nadi dan tekanan darah merupakan hal yang amat penting dalam bidang kesehatan pada umumnya dan khususnya di bidang Kedokteran, karena denyut nadi maupun tekanan darah merupakan faktor-faktor yang dapat dipakai sebagai indikator untuk menilai sistem kardiovaskuler seseorang (Anton,2002)
Terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit..
Koagulasi atau pembekuan darah merupakann salah satu faktor penting dalam menghentikan suatu perdarahan. Didalam tubuh terdapat 2 mekanisme koagulasi darah yaitu intrinsik dan ekstrinsik yang dirancang oleh tubuh untuk saling melengkapi dalam megatasi trauma ringan sehari hari terhadap pembuluh darah
Laju Endap Darah adalah kecepatan mengendapnya eritrosit dalam sampel darah yang diperiksa dengan suatu alat tertentu yang dinyatakan dalam mm/jam. Pemeriksaan Laju Endap Darah ada dua metode yaitu metode Westergren dan Wintrobe, akan tetapi metode Westergren lebih  umum digunakan sesuai yang direkomendasikan oleh The International Commite For Standarisation In Hematology(ICSH) (Martin, 1998).Hemolisis adalah pecahnya atau rusaknya membran eritrosit sehingga hemoglobin keluar dari sel darah dan bebas didalam medium seelilingnya.
Hematokrit merupakan persentase sel sel darah merah dalam 100 ml darah. Pada pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual dan cara automatik. Pada cara manual dilakukan dua pengukuran yaitu secara mikro dan secara makro. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang terdiri dari protein kompleks terkonjugasi yang mengandung besi dan berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin.
Perhitungan total leukosit penting untuk diagnosa klinik, tetapi akan lebih memberikan gambaran yang lengkap dengan perhitungan diferensial leukosit. Diferensial leukosit merupakan persentase setiap jumlah sel darah putih dari total leukosit. Setiap sel darah putih memiliki fungsi yang berbeda. Sel darah putihh terdiri dari leukosit granulosit dan leukosit agranulosit
Sistem kardiovaskular merupakan sistem yang menjelaskan proses sirkulasi yang terjadi di dalam tubuh manusia. Berdasarkan lintasan sirkulasi,ada 3 macam sirkulasi dalam tubuh manusia,sirkulasi sistemik,sirkulasi paru,dan sirkulasi khusus (sirkulasi pada janin,sirkulasi koroner jantung). Sirkulasi tidak hanya menjelaskan tentang sirkulasi darah saja tetapi juga ada sirkulasi cairan limfe yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan pengaturan keseimbangan cairan di ruang interstisial.
Sistem kardiovaskuler terdiri dari : jantung , pembuluh darah (vena dan arteri), pembuluh limfe dan darah. Jantung merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sangat penting karena  mempunyai fungsi sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia yaitu memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida dan sampah hasil metabolisme.
Jantung berfungsi memompa darah untuk menyediakan oksigen,nutrien dan hormone ke seluruh tubuh serta mengangkut sisa metabolisme ke seluruh tubuh  seperti karbondioksida,asam urat dan ureum. Untuk menjalankan fungsinya sebagai pompa,jantung dapat berkontraksi dan berlelaksasi. Sedangkan pembuluh darah berfungsi sebagai saluran untuk mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung . Dan darah sebagai medium transportasi dimana darah akan membawa oksigen dan nutrisi. Sedangkan sistem saluran limfe berhubungan erat dengan sistem sirkulasi darah.
Laju endap darah (LED) adalah sebuah pengukuran seberapa cepat sel-sel darah merah jatuh ke dasar sebuah tabung uji. Ketika pembengkakan dan peradangan hadir, protein darah mengumpul dan menjadi lebih berat dari biasanya. Jadi, ketika diukur, mereka mengendap dan berkumpul lebih cepat di bagian bawah dari tabung uji. Umumnya, semakin cepat sel-sel darah turun, lebih parah peradangan. LED adalah gambaran komposisi plasma dan perbandingan antara eritrosit dan plasma. Darah dengan antikoagulan yang dimakksudkan ke dalam tabung bervolume kecil dan diletakan tegak lurus selama 1 jam akan menunjukkan pengendapan eritrosit dengan kecepatan yang ditentukan oleh rasio permukaan perbandigan volume eritrosit. (Sacher. RA, 2004).
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma).Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll.Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma)( Anonim, 2008 ).

1.2.Tujuan
Tujuan dari pemeriksaan hematologi adalah pada preparat natif darah untuk mengamati bentuk sel darah, mengamati ada tidaknya sel krenasi dan rouleaux, dan mengamati ada tidaknya mikroorganisme dalam darah pada darah sapi, kambing, dan ayam. Pada pemeriksaan waktu perdarahan untuk menentukan lama waktu perdarahan dengam metode duke. Pada pemeriksaan waktu beku darah adalah untuk menentukan waktu beku darah. Pada pemeriksaan laju endap darah adalah untuk menentukan laju endap dara menggunakan tabung wastegreen. Pada pemeriksaan hemolisis untuk mengamati hemolisis darah dan krenasi akibat perubahan medium darah, menentukan batas konsentrasi NaCL dari medium dimana eritrosit lisis dan hemolisis total. Pada pemeriksaan hematokrit untuk menentukan nilai hematokrit dengan metode mikrohematokrit. Pada pemeriksaan hemoglobin untuk menentukan kadar hemoglobin didalam darah menurut metode sahli. Pada pemeriksaan menghitung jumlah sel darah untuk mengetahui jumlah sel darah merah dan sel darah putih sapi dan ayam per . Pada pemeriksaan diferensial leukosit untuk mempelajari cara membuat preparat ulas/apus darah, mengamati bentuk sel darah merh dan sel darah putih sapi dan ayam pada preparat darah perifer. Pada pemeriksaan kardiovaskuler tujuanya adalaah untuk mengukur tekanan darah secara tidak langsung, mendengarkan bunyi jantung, dan untuk menentukan kemampuan fisik. Pada praktikum fisiologi ginjal tujuanya adalah untuk mengetahui status kesehatan ginjal dan tubuh secara umum melalui pemeriksaan urin, dan mempelajari respon ginjal dan pengaruh minum terhadap pembentukan urin dan konsentrasi NaCl dalam urin. Pada praktikum fisiologi syaraf tujuanya adaalah  mempelajari fungsi bagian otak katak dan mengamati reaksi yang timbul, mempelajari sifat reflek pada katak, memepelajari sifat reflek pada manusia, dan mempelajari sifat reflek pada kucing. Pada praktikum fungsi endokrin tujuanya aadalah memepelajari deteksi kehamilan secara dini tanpa pengamatan klinis anatomis.

1.3.Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum fisiologi darah mengenai pemeriksaan hematologi ini, praktikan dapat mengetahui bentuk sel darah, mengetahui cara menentukan waktu perdarahan, menentukan waktu beku darah, menentukan laju endap darah menggunakan tabung wastergreen, mengamati hemolisis darah, menentukan nilai sahli, mengetahui jumlah sel darah hewan, dan mengetahui cara membuat preparat ulas darah,hematokrit dengan metode mikrohematokrit, menentukan kadar hemoglobin .Manfaat dari praktikum fisiologi kardiovaskuler adalah dapat menegetahui cara pemeriksaan tekanan darah, mengetahui bunyi jantung, dan dapat menentukan kemampuan fisik seseorang. Manfaat dari praktikum fisiologi ginjal adalah menegetahui bagaimana menganalisa urin dan mengetahui status kesehatan ginjal dan tubuh secara umum, dan mengetahui pengaruh minum terhadap pembentukan urin.  Pada praktikum fisiologi syaraf manfaatnya adalah mengetahui fungsi bagian nagian otak katak , mengetahui sifat aksi reflek pada katak, manusia dan kucing.  Manfaat dari praktikum fungsi endokrin adalaah  mengetahui cara mendeteksi kehamilan dengan uji galli mainini.manfaat yang didapatkan dari praktikum hemolisis ini adalah kita dapat mengetahui terjadinya hemolisis atau tidak pada darah, dan juga terjadinya krenasi pada darah jika kita memberikan larutan hipotonis. Kita juga mengetahui bentuk krenasi darah dari mikroskop setelah dilakukan percobaan.Manfaatnya adalah untuk mengetahui waktu / lamanya terjadi pendarahan (mengalirnya darah). Dan juga untuk memperhatikan terbentuknya fibrin pada waktu beku darah. Manfaat yang didapatkan dari praktikum Laju Endap Darah adalah praktikan mampu mencatat grafik penurunan sel-sel darah serta kecepatan pengendapan darah beberapa ternak. Sedangkan hemolysis ini adalah kita dapat mengetahui terjadinya krenasi pada darah jika kita meberikan larutan hipotonis. Kita juga mengetahui bentuk krenasi darah dari mikroskop setelah dilakukan percobaan.




























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Preparat Natif Darah
Fungsi darah  pada  tubuh  manusia  ataupun  ternak adalah sebagai alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh, sebagai alat pengangkutoksigen dan akan menyebarkannya ke seluruh tubuh, mengangkut hasil oksidasiuntuk dibuang melalui alat ekskresi, mengangkut getah hormone dari kelenjarbungtu atau endokrin, menjaga suhu temperature tubuh, mencegah infeksi dengansel darah putih, antibody, dan sel darah beku, serta mengatur keseimbangan asaambasa dalam tubuh. darah berfungsi untuk mentransfor asam amino, asam lemak,mineral, dan bahan-bahan nutrisi lainnya darah juga mentransfor hormone dan vitamin kesel untuk mengatur proses metabolisme dalam sel. Melalui pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial, darah membantu mempertahankan pHdan konsentrasi elktrolit pada cairan interstitial dalam batas-batas yangdibutuhkan untuk fungsi sel yang normal (Ahandji, 2001).
 Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 60-80% dari beratbadan, dangan viskositas darah 4,5 kali lebih besar daripada air. Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan, terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan seldarah. Plasma darah meliputi 55% volume darah merupakan substansi nonseluler,sedangkan 45% dari volume darah meliputi sel darah. Sel darah terdiri dari seldarah merah, sel darah putih, dan trombosit (Atika, 2009).
Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma) dan bahan-bahan interseluler. Plasma darah dan sel-sel darah dapat terpisah dan bebas bergerak dalam cairan interseluler. Cairan ekstrasel dalam darah mensuplay sel-sel dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk fungsi selular, tetapi sebelum digunakan zat ini harus ditransfort melalui membrane sel dengan dua proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transfor aktif. Dinding sel eritrosit sangat permeable terhadap sifat apapun. Darah mempunyai beberapa fungsi yang penting untuk tubuh. Darah mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal, dan hormon dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh (Sonjaya, 2006).
Darah merupakan cairan dengan volume yang berbeda-beda tergantung pada jenis kelamin, ukuran tubuh, dan umur setiap orang atau individu. Jumlah darah dalam tubuh bervariasi tergantung pada berat tubuh seseorang. Pada orang dewasa 1/13 berat badan kira-kira 4-5 liternya adalah darah. Faktor lain yang juga menentukan banyaknya darah adalah umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Total sirkulasi dari volume darah diperkirakan sekitar 5 s/d 8% dari total bobot badan dan angka ini bervariasi menurut umur, spesies, besar tubuh, aktivitas, status kesehatan, status gizi dankondisi fisiologi (bunting dan laktasi) (Syaifuddin, 2002).
Darah mengangkut oksigen zat-zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal dan hormone dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh. Darah juga berpartisipasi dalam pengaturan kondisi asam-basa, keseimbangan elektrolit dan temperature tubuh, dan sebagai pertahanan suatu organisme terhadap penyakit. Semuanya adalah fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan lingkngan interna yang konstan (Sonjaya, 2013).
Sel darah merah mengalami sejumlah stadium dalam perkembangannya di dalam um-sum tulang. Eritroblas adalah sel besar yang mengandung inti dan sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini kemudian berkembang menjadi normoblas yang berukuran lebih kecil. Inti sel kemudian mengalami disintegrasi dan menghilang sitoplasma mengandung benang-benang halus. Jumlah sel darah merah bervariasi tergantung jenis kelamin, usia, dan juga ketinggian tempat orang tersebut hidup. Jumlah sel darah merah bisa berkurang misalnya karena luka yang mengeluarkan banyak darah atau karena anemia (Dsyoghi, 2010).
Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas kuman-kuman penyakit. Sel darah putih atau leukosit berukuran lebih besar daripada sel darah merah, diameternya sekitar 10µm, dan jumlahnya lebih sedikit teradpat 7-10 X 10leukosit per liter darah dan jumlah in bias meningkat sampai 30 X 109 per liter darah bila ada infeksi di dalam badan. Penngkatan ini dikenal sebagai leukositosis (Watson, R 2002).

2.2.Waktu Pendarahan
Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti estela penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2012). Sedankan menurut Angga (2010), waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak. Peningkatan waktu pendarahan setelah pemberian bahan uji menunjukkan adanya efek antiagregasi platelet.
Waktu pendarahan biasanya dapat juga diartikan sebagai waktu ulai keluarnya tetesan darah pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas saring atau tissue. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah (Sonjaya, 2006).
Pendarahan yang hebat dapat diarkibatkan oleh slaah satu defisiensi salah satu dari factor pembekuan. Tiga jenis kecenderungan pendarahan tertentu adalah defisiensi vitamin K, hemofilia, tromboplasitoplatopenia. Defisiensi vitamin K yakni berupa penurunan factor VII,IX dan X yang dikarenakan defisiensi vitamin K, hepatitis, sirosis dan penyakit hati lainnya dapat menekan pembentukan protrombin dan factor VII,IX dan X. Dengan demikian hebatnya sehingga penderita mempunyai kecenderungan mengalami pendarahan yang hebat. Hebatnya sehingga penderita mempunyai kecenderungan mengalami pendarahan yang hebat. Hemofilia yaitu defisiensi herediter yang semuanyan menyebabkan kecenderungan pendarhan yang sukar dibedakan satu yang lainnya (Syaifuddin, 2002).
Waktu pendarahan diamati sebagai interval waktu timbulnya tetes darah dari mulai pembulh darah yang luka sampai darah terhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat pletelat yang menutupi calah pembuluh darah yang rusak (Sahabuddin, 2005).
Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah kulit berdarah. Darah dihapus tiap 30 detik atauluka direndamdalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2013).
Waktu pendarahan biasanya dapat juga diartikan sebagai waktu ulaikeluarnya tetesan darah pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas saring atautissue. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitubesar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas,kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah (Subana, 2006).
Waktu perdarahan normal antara 1 sampai 3 menit. Apabila melewati dari10 menit, darah belum berhenti, hentikan percobaan karena tidak ada gunanya (Nasir. N, 2006). 

2.3.Waktu Beku Darah
Koagulasi darah adalah transformasi darah dari sifat solution menjadi bentuk gel. Bentukan suatu bekuan di sumbat trombosit akan memperkuat dan menunjang sumbatan tersebut dapat menutupi lubang di pembuluh. Koagulasi merupakan mekanisme homeostatik yang difungsikan dalam proses koagulasi darah. Reaksi dasar koagulasi darah adalah perubahan protein plasma yang larut(fibrinogen) dari fibrin yang bersifat tidak larut. Proses tersebut memerlukan pengeluaran 2 pasang peptide 4c dari setiap molekul fibrinogen. Bagian yang tersisa (fibrin monomer) kemudian akan berpolimerasi rerga-, fibrin monomer lainnya membentuk fibrin (Kusumawati, 2001).
Antikoagulan adalah suatu zat atau obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.Sedangkan trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah diluar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi (Simons. A, 2009).
Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik samapai 2 menit danberakhir dalam waktu 5 waktu koagulasi pada ternak sepertisapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5menit, domba 2,5 menit dan anjing 2,5 menit (Pandu, 2001).
Proses koagulasi darah biasanya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,seperti : Faktor I yaitu Fibrinogen, Faktor II yaitu Protombin, Faktor III yaituTromboplastin, Faktor IV yaitu Kalsium, Faktor V yaitu labil, Proakselerin, Ac-globulin dan lain-lain (Hardjoene, 2000).
Koagulasi darah adalah transformasi darah dari sifat solution menjadibentuk gel. Bentukan suatu bekuan di sumbat trombosit akan memperkuat danmenunjang sumbatan tersebut dapat menutupi lubang di pembuluh. Koagulasimerupakan mekanisme homeostatik yang difungsikan dalam proses koagulasidarah. Reaksi dasar koagulasi darah adalah perubahan protein plasma yang larut(fibrinogen) dari fibrin yang bersifat tidak larut. Proses tersebut memerlukanpengeluaran 2 pasang peptide 4c dari setiap molekul fibrinogen. Bagian yangtersisa (fibrin monomer) kemudian akan berpolimerasi rerga-, fibrin monomerlainnya membentuk fibrin (Pujianto, 2004).
Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik samapai 2 menit danberakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak sepertisapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5menit, domba 2,5 menit dan anjing 2,5 menit (Frandson, 2002).
Mekanisme koagulasi atau proses koagulasi (penggumpalan darah) terjadilewat mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukan benang fibrin(protein dalam plasma darah yang diubah oleh trombin/enzim pembeku darahdalam proses pembekuan darah). Mekanisme ini terjadi jika ada cedera didalammaupun dipermukaan tubuh. Kondisi darah mudah menggumpal bisa terjadikarena faktor keturunan maupun hal lain misalnya akibat infeksi maupuntingginya antibodi antikardiolipid (ACA) akibat gangguan autonium (Wibowo, 2003).
Pemeriksaan LED diperkenalkan pertama kali oleh Westergren pada tahun 1912 yang dikenal dengan metode Westergren. Metode ini memakai tabung/pipet dengan panjang 300,5 mm, diameter luar 5,5 mm ± 0,5 mm, dan diameter dalam 2,55 mm ± 0,5 mm, memiliki skala 200 mm (Sarka dan Devi, 2006).
Darah normal mempunyai LED relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi di imbagi oleh tekanan keatas akibat perpindahan. Bila viskositas plasma tinggi atau kadar kolesterol meningkat tekanan keatas mungkin dapat menetralisasi tarikan kebawa terhadap setiap sel atau gumpalan sel. Sebaliknya setiap keadaan yang meningkatkan penggumpalan atau perletakan satu dengan yang lain akan meningkatkan LED (Barbara, 2003).

2.4.Laju Endap Darah
 Penentuan nilai LED secara umum telah digunakan dalam pengobatan klinik, menegakkan diagnosis, mengetahui penyakit secara dini dan memantau perjalana penyakit seperti tuberkolosa dan reumati. Peningkata kecepata pengendapan berhubungan langsung dengan beratnya penyakit (Isbister, 2000).
Manfaat pemeriksaan LED yaitu: mengukur respon fase akut yang merupakan indicator yang membantu menyatakan adanya reaksi radang, mengikuti perjalanan penyakit serta membatu menegakkan diagnosis atau  diagnosa bandin, misalnya membedakan antara TBC dengan demam Typochid, hepatitis dengan malaria, adanya nekrosis jaringan (Karsinoma) dan alergi. LED yang rendah terlihad dalam polisitemia, hipofibrinogenemia dll (Isbister, dkk: 2003).
Mekanisme yang terjadi dalam pemeriksaan LED adalah
Fase pengendapan lambat pertama (Stage of Aggregation)
Yaitu fase pembentukan rouleaux, eritrosit baru saling menyatukan diri, waktu yang diperlukan untuk fase pertama ini kurang dari 15 mennit.
Fase pengendapan maksimal (Stage of Sedimentation)
Yaitu fase pengendapan eritrosit dengan kecepatan konstan karena partikel-partikel eritrosit menjadi lebih besar dengan permukaan yang kebih kecil sehinga lebih cepat mengendap lama waktu yang diperlukan fase ini adalah 30 menit.
Fase pengendapan lambat kedua (Stage of packing)
Yaitu fase pengendapan eritrosit sehingga sel-sel eritrosit mengalami pemampatan pada dasar tabung, kecepatan mengendapnya mulai berkurang sampai sangat pelan. Fase ini sampai berjalan kurang lebih 15 menit (Subarna, 2006).
Laju endap darah yang ditemukan pertama kali oleh Westergren pada tahun 1921. LED merupakan pemerikksaan yang menggambarkan komposisi plasma dan poerbandingan antara eritrosit dengan plasma  (Widodo, 2004). L:ED adalah kecepatan eritrosit mengendap dalam pipet westergren. Pada peradangan, kecepatan meningkat, karena perubahan pada komponen plasma yang terjadi selama proses inflamasi. Protein plasma yang terlibat dalam peningkatan LED disebut protein fase akut, terutama dilepaskan oleh hati. LED khususnya digunakan untuk membantu aktivitas berbagai penyakit inflamasi (Tambayong J, 2001).
   Prinsip dasar pemeriksaan LED adalah; darah dan antikoagulan dimasukkan ke dalam tabung dengan lubang ukuran tertentu (pada pipet LED) dan diletakan vertikal akan menyebabkan pengendapan eritrosit dengan kecepatan tertentu. LED merupakan kecepatan pengendapan dengan  mengukur jarak antara miniscus pemeriksaan LED. Beberapa faktor  yang mempengaruhi LED, yang dapat meningkatkan LED adalah usia tua, wanita, saat mensturasi, kehamilan, ukuran eritrosit (macrositosis), faktor teknis (masalah pengenceran, suhu ruangan/panas, kemiringan tabung LED) , peningkatan fibrinogen (pada beberapa kasus infeksi, inflamasi, dan keganasan). Faktor yang dapat menurunkan LED adalah lekositosis berat, polisitemia, speherositosis (acantositosis, micrositpsis ), faktor teknis (masala pengenceran, darah beku, tabung penden, getaran), abnormalitas protein (hipofibrinogenemia, hipogammaglobulinnemia, dispoteinemia). Faktor yang belum pasti mempengaruhi LED adalah obesitas, suhu badan, dan usai mengkomsumsi aspirin (Widodo,  dkk, 2004).

2.5.Hemolosis Dan Ketahanan Osmotik
Mengatakan bahwa Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan karena penurunan tegangan permukaan membrane sel dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa ular  famili Elapidae (Cormack, 2008)
Osmosis memainkan peranan yang sangat penting pada tubuh makhluk hidup, misalnya, pada membrane sel darah merah. Jika meletakan sel darah merahdalam suatu larutan hipertonik (lebih pekat), air yang terdapat dalam sel darahakan ditarik keluar dari sel sehingga sel mengerut dan rusak. Peristiwa ini disebut krenasi. Sebaliknya, jika kamu meletakan sel darah merah dalam suatu larutanyang bersifat hipotonik (lebih encer), air dari larutan tersebut akan ditarik masuk kedalam sel darah sehingga sel mengembang dan pecah. Proses ini disebut hemolisis. Orang yang mengonsumsi terlalu banyak makanan berkadar garam tinggi, jaringan sel dan jaringan antar selnya akan mengandung banyak air. Hal inidapat menyebabkan terjadinya pembengkakan tubuh yang disebut edema  (Martini, 2011).
Hemolisis secara langsung tidak dibutuhkan penambahan lesitin sedangkan hemolisis tidak langsung kehadiran lesitin pada sel darah merah atau penambahan dari luar sangat diperlukan.Secara umum, mekanisme hemolisis berlangsung dua tahap. Tahap pertama lesitin dalam sel darah atau yang ditambahkan dari luar akan diubah menjadi lisolesitin oleh lesithinase A.  Lisolesitin merupakan bentuk lesitin yang  memiliki aktivitas hemolitik. Selanjutnya, lisolesitin menyebabkan sel darah merah lisis dengan menyerap material lemak dinding sel  sehingga merusak keutuhan struktur sel darah (Sarkar & Devi, 2006).
 Sel darah merah yang berada di luar cairannya dapat mempertahankan bentuknya apabila dimasukkan dalam cairan yang isotonis dengan sitoplasmanya. Apabila sel darah merah berada di dalam cairan yang hipertonis maka sel darah merah akan mengalami pengerutan (krenasi), apabila sel darah merah berada dalam cairan yang bersifat hipotonis maka sel akan pecah dan hemoglobin akan ke luar (hemolisis) (Nasr. N, 2006).
Hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah menuju cairan disekelilingnya, keluarnya hemoglobin ini disebabkan karena pecahnya membran sel darah merah. Membran sel darah termasuk membran yang permeabel selektif. Membran sel darah merah mudah dilalui atau ditembus oleh ion-ion H+, OH-, NH4+, PO4, HCO3-, Cl-, dan substansi seperti glukosa, asam amino, urea, dan asam urat. Sebaliknya sel darah merah tidak dapat ditembus oleh Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik, hemoglobin dan protein plasma  (Radiopoetra, 2000).
Ada dua macam hemolisis yaitu hemolisis osmotik yang terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmosa cairan didalam sel darah merah dengan cairan yang berada disekeliling sel darah merah. Tekanan osmosa sel darah merah adalah sama dengan osmosa larutan NaCl 0, 9 %, bila sel darah merah dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 65 % belum terlihat adanya hemolisa, tetapi sel darah merah yang dimasukkan kedalam larutan NaCl 0, 45 % hanya sebagian saja dari sel darah merah yang mengalami hemolisis dan sebagian lagi sel darah merahnya masih utuh. Perbedaan ini desebabkan karena umur sel darah merah yang sudah tua, membran sel mudah pecah, sedangkan se darah merah yang muda, membran selnya masih kuat. Bila sel darah merah dimasukkan kedalam laritan NaCl 0,25 %, semua sel darh merah akan mengalami hemolisa sempurna. Yang kedua, hemolisis kimiawi membran sel darah merah dirusak oleh macam-macam substansi kimia. Seperti, kloroform, aseton, alkohol, benzena dan eter, substansi lain adalah bisa ular, kalajengking, dan garam empedu (Wiseman, 2002).
Darah terdiri dari dua komponen, yaitu sel sel dan cairannya (plasma).Plasma tanpa fibrinogen biasa kita sebut dengan serum. Pada abad ke 18, terjadibanyak kematian pada resipien tanpa diketahui sebab sebab nya. NamunLandsteiner menemukan bahwa sel sel darah manusia dari beberapa indivisu akanmenggumpal ( beraglutinasi ) dalam kelompok kelompok yang dapat dilihat dengan mata telanjang, apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang,tetapi tidak dengan semua orang. Kemudian diketahui bahwa dasar darimenggumpalnya eritrosit tadi ialah adanya reaksi antigen antibodi. Apabila suatusubstansi asing disuntikkan ke dalam aliran darah dari seekor hewan akanmengakibatkan terbentuknya antibodi tertentu yang akan beraksi dengan antigen (Sakrigono,  2000).

2.6.Hematokrit
Hematokrit mikro adalah volume eritrosit yangdipisahkan dari plasma dengan memutarnya didalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen.nilai hematokrit digunakan untuk mengetahui nilai eritrosit rata-rata dan untuk mengetahui ada tidaknya anemia.penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro.nilai normal hematokrit disebut dengan % .penetapan hematokrit cara manual (metode mikro) dapat dilakukan sangat teliti,kesalahan metodik rata-rata ± 2% (Barbara. A, 2006).
;Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang dengan antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat. Prosentase volum kepadatan sel darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit (Fachrian, 2009).
Pada pratikum hematokrit, hasil yang di peroleh dari pratikum tersebut adalah jumlah sel darah merah yang terdapat pada sapi berjumlah sebanyak 13 %. Dengan adanya data tersebut ini membuktikan bahwa sapi tersebut sedang dalam keadaan yang kurang baik hal tersebut sesuai dengan yang menyatakan bahwa Semakin tinggi persentase hematokrit berarti konsentrasi darah semakin kental, dan diperkirakan banyak plasma darah yang keluar dari pembuluh darah hingga berlanjut pada kondisi syok hipovolemik. Penurunan hematokrit terjadi pada pasien yang mengalami kehilangan darah akut, anemia, leukemia, dan kondisi lainnya (Wibowo,fredi, 2009) .
Fakta tersebut diperkuat lagi dengan menyatakan bahwa profil darah sapi bali menciri anemia, pada sapi-sapi yang kondisinya tidak baik yaitu leleran eksudat di vulva, demodekosis, distokia, kurus, hematuria dan diare (Evelyn,Pearce,  2000).
Namun hal tersebut bias saja tidak benar di karenakn ada yang menyatakan bahwa Nilai normal hematokrit (Ht) sangat bervariasi menurut masing-masing laboratorium dan metode pemeriksaan (Gandasoebrata. R, 2009).
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang sering dikerjakan dilaboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada cara mikro digunakan pipet kapiler (Darmawan, 2002).
Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang dengan antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat. Prosentase volum kepadatan sel darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit (Frensond R. D, 2002).

2.7.Hemoglobin
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin. Metode Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak dapat distandardisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin dapat diukur, seperti sulfhemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin. Dua metode yang lain (oksihemoglobin dan sianmethemoglobin) dapat diterima dalam hemoglobinometri klinik. Namun, dari dua metode tersebut, metode sianmethemoglobin adalah metode yang dianjurkan oleh International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga mempunyai standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin dapat terukur, kecuali sulfhenoglobin (Kusumawati, 2004).
Pembentukan hemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulosit meninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetap membentuk sedikit hemoglobin selama beberapa hari berikutnya (Guyton & Hall, 2003).
Hemoglobin adalah suatu molekul yang berbentuk bulat yang terdiri dari 4 subunit. Setiap subunit mengandung satu bagian heme yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida. Heme adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida itu secara kolektif disebut sebagai bagian globin dari molekul hemoglobin. Ada dua pasang polipeptida didalam setiap molekul hemoglobin (Bakta, 2003).
Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin yang mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal melalui serangkaian dapar intraselular. Molekul-molekul hemoglobin terdiri dari dua pasang rantai polipeptida dan empat gugus hem, masing-masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini memungkinkan pertukaran gas yang sangat sempurna (Baibara, 2006).
Hemoglobin merupakan senyawa pembawa O2 pada sel darah merah. Hemogloboin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hemoglobin/100 ml dalam darah dapat digunakan sebagai indek kapasitas sebagai O2 pada darah. Kandungan hemoglobulin yang rendah dengan demikian mengindikasikan anemia (Sahabbudin, 2006).
Pengertian lain hemoglobin adalah pigmen merah pembawa O2 pada eritrosit dan di bentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sum-sum tulang. Pembentukan berlangsung dari setaium perkembangan eritroblas sampai retukulosit. Molekul-molekul Hemoglobin terdiri atas dua pasang rantai polipeptida (Globin) dan empat kelompok heme  (Suyono, 2001).
Sel-sel darah merah mampu mengkonsentrasikan hemoglobin dalam cairan sel sampai sekitar 34 gm/dl sel. Konsentrasi ini tidak pernah meningkat lebih dari nilai tersebut, karena ini merupakan batas metabolik dari mekanisme pembentukan hemoglobin sel. Selanjutnya pada orang normal, persentase hemoglobin hampir selalu mendekati maksimum dalam setiap sel, namun bila pembentukan hemoglobin dalam sumsum tulang berkurang, maka persentase hemoglobin dalam darah merah juga menurun karena hemoglobin untuk mengisi sel kurang. Bila hematokrit (persentase sel dalam darah normalnya 40 sampai 45 persen) dan jumlah hemoglobin dalam masing-masing sel nilainya normal, maka seluruh darah seorang pria rata-rata mengandung 16 gram/dl hemoglobin, dan pada wanita rata-rata 14 gram/dl  (Karmana, 2001).



2.8.Menghitung Jumlah Sel Darah Putih
Sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang, terutama granulosit, disimpan dalam sumsum sampai mereka diperlukan di sistem sirkulasi. Kemudian bila kebutuhannya meningkat, bermacam-macam factor menyebabkan granulosit dikeluarkan. Dalam keadaan normal, granulosit yang bersirkulasi dalam seluruh darah kira-kira 3X jumlah yang disimpan dalam sumsum. Jumlah ini sesuai dengan persediaan granulosit dalam 6 hari (Hamurwo Gb, 2003).
Komposisi sel darah putih dengan nilai normalnya yaitu Leukosit pada manusia memiliki nilai normalnya 5000 – 10.000/μL, dimana leukosit terdiri dari granular meliputi netrofil 60 – 70%, eosinofil 2 – 4%, basofil 0.5 – 1%; dan Agranular meliputi limposit 20 – 25% dan monosit 3 – 8% (Supriasa, 2001).
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain . Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000—30.000/μl.Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 — 38.000 /μl.Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 — 11.000/μl.Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 — 10.0004/μ1.’Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/μl4 (Syarifah,Elfira rosa.2013).
 Larutan yang digunakan dalam menghitung jumlah sel darah putih yaitu larutan turk. Larutan turk adalah larutan pengencer yang berfungsi mengencerkan sel darah putih sehingga mempermudah dalam perhitungannya, dimana larutan turk ini terdiri dari glacial acetid acid 2 ml, gentian violet 1%, aquades 1 ml dan aquadestilata 100 ml (guyton dan hall, 2007).
Hasil dari pratikum menghitung jumlah sel darah pada sapi dan ayam yang diamati pada mikroskop dengan perhitungan yaitu, E x 10000 pada sel darah merah sedangkan pada sel darah putih adalah L x 50000. Maka hasil yang didapat kan adalah:
·         Jumlah sel darah merah pada sapi, E  = 13
Total sel darah merah sapi per mm3  = E x 10000
= 13 x 10000
= 130.000
·         Jumlah sel darah putih pada sapi, L   = 67
Total sel darah putih sapi per mm3     = L x 50000
                                                          = 67 x 50000
                                                          = 3.350.000
·         Jumlah sel darah merah pada ayam, E= 241
Total sel darah merah ayam per mm3  = E x 10000
                                                          = 241 x 10000
                                                          = 2.410.000
Dari data tersebut dapat di simpulakan bahwa ternak sapi sedang mengalami sakit dikarenakan jumlah sel darah putih pada sapi lebih banyak dibandingkan jumlah sel darah merahnya. Hal tersebut sesuai dengan yang menyatakan bahwa Perbedaan sel darah putih dengan eritrosit adalah leukosit selalu mempunyai inti sel dan sitoplasma serta mampu bergerak bebas. Jumlah leukosit lebih sedikit dibanding eritrosit yaitu 5000-9000/mm3.
Leukosit diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya granula di dalam sitoplasma dibagi menjadi granulosit dan agranulosit.  Granulosit terdiri dari netrofil , basofil dan eosinofil, sedangkanagranulosit atas limposit dan monosit. Jumlah total sel darah putih dinyatakandengan 109/l, sedangkan jumlah total darah merah dinyatakan dengan 1012/l ( Sahmid.k,dkk , 2007).
Kemudian hal tersebut di pertegas dengan menyatakan bahwa Jumlah total sel darah putih beserta masing-masing jenisnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jumlah sel darah putih pada hewan mempunyaivariasi yang berbeda dari pada manusia yaitu tergantung antara lain kepada jenis hewan bangsa (breed), umur, jenis kelamin dan kondisi hewan tersebut (Isbister,S .P, 2003).
2.9.Menghitung Jumlah Sel Darah Merah
Prinsip pemeriksaan ini adalah darah diencerkan dalam pipet eritrosit kemudian dimasukkan dalam kamar hitung.Jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu dengan menggunakan faktor konversi jumlah eritrosit per ul darah.Sebagai larutan pengencer digunakan larutan Hayem (Sehar dan Devi,2006).
Eritrosit dapat dihitung di laboratorium dengan menggunakan alat, yaitu hemositometer dan  menggunakan larutan hayem. Larutan hayem digunakan untuk menghitung jumlah sel darah merah, karena larutan ini dapat melisiskan seluruh sel yang ada di darah, kecuali sel darah merah sehingga sel darah merah dapat dihitung (Widodo,Herdiyaman, 2004).
Sel-sel darah merah berbentuk cakram dengan diameter 75 nm, ketebalan di tepi 2 nm dan ketebalan di tengah 1 nm.Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang.Sel-sel pembentuk sel darah merah ini disebut eritroblast, tetapi pada embrio (bayi), sel-sel darah merah dibentuk di dalam hati dan limpa (Guyton,Arthur, 2004).
Pembentuk sel darah merah ini disebut eritroblast, tetapi pada embrio (bayi), sel-sel darah merah dibentuk di dalam hati dan limpa (Abhique, 2010).
Darah adalah suatu jaringan yang bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat seperti air, ialah plasma. Sel-sel dan fragmen-fragmen sel merupakan unsur darah yang disebut unsur “jadi”. Sel-sel ini cukup besar sehingga dapat diamati dengan mikroskop biasa. Ada 3 tipe unsur “jadi” ialah sel-sel darah merah atau eritrosit, sel-sel darah putih atau leokosit dan keping-keping darah atau trombosit (Solone,E2004).
Pada dasarnya sel-sel darah dapat dibagi atas tiga unsur erytrosit, leukosit dan trombosit. Diantara tipe tersebut, sel-sel darah merah merupakan yang paling banyak jumlahnya (Syaifudin2002).
Menyatakan bahwa leukosit memiliki bentuk khas, nucleus, sitoplasma dan organel dan semuanya bersifat mampu bergerak pada keadaan tertentu (Conteres.M, 2005).

2.10.Differensial Leukosit
Darah merupakan jaringan yang mengisi hampir separuh dari tubuh. Darahadalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairanyang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah.Volume darah secara keseluruhan merupakan 1/12 berat badan. Darah mempunyaifungsi bekerja sebagai sistem transpor (sirkulasi) dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsinormalnya dapat dijalankan dan menyingkirkan karbondioksida dan hasil buanganlain (Cambridge, 2000).
Darah mempunyai beberapa komposisi. Darah terdiri atas sel-sel dan cairanyang mengisi sirkulasi tertutup yang mengalir dalam gerak teratur tanpa arah,didorong terutama oleh kontraksi ritmis jantung. Darah terdiri dari plasma dan benda korpuskula, benda korpuskula tersebut adalah eritrosit, leukosit dantrombosit. Volume darah mamalia, burung, dan reptil berkisar antara 6 – 10 % berat tubuhnya (Bachyar, 2002) .
Hitung jenis leukosit dilakukan pada counting area, mula-mula dengan pembesaran 100x kemudian dengan pembesaran 1000x dengan minyak imersi. Pada hitung jenis leukosit hapusan darah tepi yang akan digunakan perlu diperhatikan hapusan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh mengandung cat, dan eritrosit tidak boleh bergerombol (Pearch,2000).
Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%.
Granulosit muda mempunyai inti berbentuk seperti tapal kuda yang menjadi multilobulus waktu sel tumbuh menjadi semakin tua. Sebagian besar granulosit mengandung granula yang berwarna dengan zat warna asam (eosinofil) dan sebagian mempunyai granula basofilik (basofil). Dua jenis sel lainnya yang normal ditemukan dalam darah tepi adalah limfosit, yaitu sel dengan inti besar dan bulat dan sedikit sitoplasma, dan monosit, yaitu sel dengan banyak sitoplasma agranuler dan inti berbentuk ginjal (Nasir,N, 2006)
Jumlah leukosit dipengaruhi oleh umur, penyimpangan dari keadaan basal dan lain-lain . Pada bayi baru lahir jumlah leukosit tinggi, sekitar 10.000—30.000/μl.Jumlah leukosit tertinggi pada bayi umur 12 jam yaitu antara 13.000 — 38.000 /μl.Setelah itu jumlah leukosit turun secara bertahap dan pada umur 21 tahun jumlah leukosit berkisar antara 4500 — 11.000/μl.Pada keadaan basal jumlah leukosit pada orang dewasa berkisar antara 5000 — 10.0004/μ1.’Jumlah leukosit meningkat setelah melakukan aktifitas fisik yang sedang, tetapi jarang lebih dari 11.000/μl4 (Schmid.K.dkk,2003)
Penghitungan diferensial leukosit ternyata memberi makna klinis yang signifikan terhadap beberapa kelainan di dalam tubuh. Leukosit memiliki peranan sebagai pertahanan tubuh terhadap berbagai agen toksik dan infeksi. Mekanismenya antara lain dengan menghancurkan agen invasif melalui proses fagositosis dan membentuk antibodi dan limfosit yang disensitifkan. Kenaikan titer salah satu atau beberapa jenis leukosit ternyata memberikan indikasi penyakit tertentu, misalnya apendisitis, terjadi kenaikan leukosit dan netrofil yang cukup signifikan dan berperan dalam proses inflamasi. Bahkan derajat inflamasi apendisitis dapat diketahui dengan jumlah leukosit dan netrofil PMN pasien. (Wibowo.Fredy, 2009)

2.11. Fisiologi Kardiovascular
Sistem kardiovaskuler banyak terdapat serabut-serabut saraf sistem saraf otonom yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu sistem parasimpatis dan simpatis.  Keduanya mempunyai efek yang saling berlawanan dalam kerja jantung.  Didalam persyarafan jantung terdapat 2 buah sensor utama yaitu baroreseptor dan kemoreseptor.  Baroreseptor terletak di lengkung aorta dan sinus karotikus.  Fungsinya adalah untuk menghambat aktivitas jantung dan menurunnya tekanan arteria memulai refleks kegiatan jantung.  Sedangkan kemoreseptor terletak dalam badan karotis dan badan aorta. Fungsinya untuk meningkatkan aktifitas jantung dengan adanya rangsangan dari medulla oblongata (Saktiyono, 2000).
Jantung terbagi menjadi 2 atrium (atrium dextra dan atrium sinistra) dan 2 ventrikel (ventrikel dextra dan ventrikel sinistra).  Ruangan jantung bagian atas (atrium) dan pembuluh darah besar (arteria pulmonalis dan aorta) membentuk dasar jantung.  Secara anatomi, atrium terpisah terpisah dari ruangan jantung sebelah bawah (ventrikel) oleh suatu annulus fibrosus (tempat terletaknya keempat katup jantung dan tempat meletaknya keempat katup jantung dan tempat melekatnya katup maupun otot.  Jantung dibagi menjadi 2 pompa yang terpisah yaitu bagian pompa sisi kanan dan sisi kiri.  Bagian dextra memompa darah dari seluruh tubuh menuju pulmo untuk dibersihkan. Namun bagian sinistra memompa darah dari pulmo menuju seluruh tubuh (Poedjiyadi.Anna ,2001).
Macam Peredaran Darah Peredaran darah manusia merupakan peredaran darah tertutup karena darah yang dialirkan dari dan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah dan darah mengalir melewati jantung sebanyak dua kali sehingga disebut sebagai peredaran darah ganda  yang terdiri dari peredaran darah panjang/besar/sistemik Adalah peredaran darah yang mengalirkan darah yang kaya oksigen dari bilik (ventrikel) kiri jantung lalu diedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Oksigen bertukar dengan karbondioksida di jaringan tubuh. Lalu darah yang kaya karbondioksida dibawa melalui vena menuju serambi kanan ( atrium ) jantung. Peredaran darah pendek/kecil/pulmonal adalah peredaran darah yang mengalirkan darah dari jantung ke paru-paru dan kembali ke jantung. Darah yang kaya karbondioksida dari bilik kanan dialirkan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis , di alveolus paru-paru darah tersebut bertukar dengan darah yang kaya akan oksigen yang selanjutnya akan dialirkan ke serambi kiri jantung melalui vena pulmonalis (Sachr,2004).
Darah yang mengandung banyak CO2 mengalir melalui vena cava superior (dari ekstremitas atas, cavitas thorax, cavitas abdominalis) dan inferior (dari ekstremitas bawah). Darah masuk ke atrium dexter untuk selanjutnya mengalir menuju ventrikel dexter melewati katup trikuspidal.  Kemudian darah keluar dari ventrikel untuk menuju pulmo melewati arteri pulmonalis yang memiliki katup semilunar pulmonalis untuk dibersihkan darahnya (disaring COnya untuk diganti dengan Omelalui alveolus pulmo).  Setelah dibersihkan darah keluar dari pulmo menuju atrium sinister melalui vena pulmonalis.  Setelah tiba di atrium dexter, darah akan mengalir menuju ventrikel sinister melalui katup bikuspidal.  Kemudian darah akan dipompa ke seluruh tubuh melalui aorta yang terdapat katup semilunar aorta (Gandasoebrata, 2004).
Sistem sirkulasi berkontribusi terhadap homeostasis dalam tubuh. Sistem ini berfungsi sebagai perangkat untuk pemindahan dan penyaluran berbagai bahan dari suatu bagian tubuh ke bagian lain dengan cepat.  Tanpa sistem sirkulasi ini, zat-zat yang berguna bagi tubuh akan sampai dengan waktu yang relatif lebih lama.  Namun dengan sistem transportasi ini hanya perlu beberapa detik untuk  sampai ke tujuan melalui kerja pompa cepat jantung secara difusi sehingga organ-organ didalam tubuh akan tetap bekerja secara normal (Sahabudin, 2005). 
Nodus ini merupakan pendahulu dari kontraksi jantung. Dari sini impuls diteruskan ke atrioventrikular node (Syaifuddin, 2002).





BAB III
MATERI DAN METODA
3.1.Waktu Dan Tempat
Praktikum anatomi dan fisiologi ternak dilaksanakan pada hari Kamis mulai dari tanggal 5 maret  sampai tanggal 20 April yang dilaksanakan pada pukul 15.00 s/d selasai di Laboratorium Gedung  Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2.Materi
Adapun materi yang digunakan pada praktikum fisiologi darah mengenai pemeriksaan hematologi adalah Alat yang  digunakan pada praktikum preparat natif darah adalah jarum penusuk pembuluh darah, kapas, tissue, object galss, cover glass, dan mikroskop. Sedangkan Bahan yang digunakan adalah darah sapi, kambing, dan ayam yang sudah diberi antikoagulan, alkohol 70%, larutan garam NaCl fisiologis/NaCl 0,9%. Alat yang digunakan pada praktikum waktu perdarahan adalah darah sapi, kambing, ayam yang sudah diberi antikoagulan, alkohol 70%, ujung jari praktikan. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kapas, tissue dan lanset steril, alat dan bahan yang digunakan pada  praktikum waktu beku darah adalah alkohol 70%, lanset steril, jarum pentil, gelas arloji belapis parafin, pipa kapiler tanpa heparin, kapas, dan stopwatch
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum laju endap darah adalah darah sapi, ayam, dan kambing yang sudah diberi antikoagulan, tabung
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum hemolisis adalah larutan NaCl dengan konsentrasi 0,9%, 0,65%, 0,45%, 0,25%, dan 3,0%, larutan urea dalam aquades 1% urea dalam NaCl 0,9%. Larutan 1% saponin dalam aquades, larutan 1% saponin dalam NaCl 0,9%, darah sapi ayam dan kambing yang sudah diberi antikoagulan, tabung reaksi, object glass, cover glass, dan mikroskop
Alat da bahan yang digunakan dalam praktikum hematokrit adalah tabung pipet kapiler, darah sapi, ayam, dan kambing yang sudah diberi antikoagulan dan sentrifus,alat dan bahan yang digunakana pada praktikum hemoglobin adalah darah sapi dan ayam yang sudah diberi antikoagulan, HCl 0,1 N, aquades, kertas saring /tissue, stopwatch, hemometer sahli, alat dan bahan yang digunakan pada praktikum menghitung jumlah sel darah adalah darah sapi, dan ayam yang sudah diberi antikoagulan, larutan pengencer hayem untuk eritrosit, turk untuk leukosit mamalia, dan BCB untuk leukosit unggas, hemocytometer, pipet pengencer untuk leukosit berskala 0-0,5-1-101, pipet pengencer untuk leukosit skala 0-0,5-1-11, tissue, mikroskop dengan perbesaran 10x, 40x,. Materi yang digunakan pada praktikum diferensial leukosit adalah darah sapi dan ayam yang sudah diberi antikoagulan, methanol absolut, larutan giemsa, aquades, minyak emersi, object glass, bak celup untuk fiksasi, bak celup untuk pewarnaan, diferensial counter, mikroskop. pada pemeriksaan tekanan darah adalah praktikan, spygnomanometer, dan stetoskop,pada praktikum bunyi jantung adalah praktikan dan stetoskop, pada praktikum tes kemampuan fisik adalah praktikan, arloji, bangku

2.3.Metoda
Adapun metoda yang digunakan pada praktikum fisiologi darah mengenai pemeriksaan hematologi adalah Metoda yang digunakan pertama, lilitkan cuff pada lengan atas dan tempel stetoskop dinagian cuff tepat pada pembuluh darah dilengan, kemudian cuff dipompa sampai tekanan sistolik, kemudian secara perlahan kurangi tekanan cuff , lihat tekanan darahnya
Metoda yang digunakan adalah letakan stetoskop di dada bagian kiri praktikan, kemudian dengarkan suara jantung praktikan menggunakan stetoskop
Metoda yang digunakan adalah pada tes schneider, praktikan bersandar 5 menit kemudian ukur denyut nadinya, kemudian praktikn berdiri selama 2 menit dan ukur denyut nadinya, kemudian berdiri dengan 1 kaki diatas kursi catat denyut nadinya. Pada tes hardvard step, praktikan melakukan kegiatan naik turun bangku selama 5 menit, lalu praktikan duduk dan hitung denyut nadinya selama 30 detik sebanyak 3 kali, lalu hitung menggunakan rumus perhitungan.Metoda yang digunakan pada preparat natif darah adalah pertama teteskan darah sapi, kambing dan ayam pada object glass kemudian teteskan 1 sampai 2 tetes larutan fisiologis NaCl 0,9%, kemudian amati dengan mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x, kemudian amati hasil pengamatan
Metoda yang digunakan pada praktikum waktu perdarahan pertama, bersihkan ujung jari praktikan dengan alkohol 70% kemudian keringkan dengan tissue, setelah itu tusukan ujung jari praktikan dengan menggunakan lanset steril , catat waktu saat darah mulai keluar sampai darah berhenti dan usap darah tersebut. Biarkan darah keluar lagi, lakukan kegiatan tersebut setiap 30 detik sampai darah tidak keluar atau berhenti, dan catat waktunya
Metoda yang digunakan pada praktikum waktu beku darah adalah pertama bersihkan ujung jari praktkan dengan alkohol, kemudian bersihkan dan tusuk ujung jari pratikan dengan lanset steril dan catat waktu pada saat darah keluar, letakan 1 smpai 2 tetes darah ke gelas arloji yang berlapis parafin, kemudian tusuk darah dengan jarum pentul samapi terlihat benang putih terlihat dan catat waktunya
Metoda yang digunakan pada praktikum laju endap darah adalah sampel darah dihisap dengan tabung westergreen sampai angka 0. Kemudian tegakkan pada ra, tiap 30 menit catat penurunan dari sel sel darahnya, kemudian buat grafik LED dari 0-90 menit
Metoda yang digunakan pada praktikum hemolisis siapkan 3 tabung reaksi kemudian masing masing tabung diisi dengan darh sapi, kambing dan ayam sebanyak 3 tetes, kemudian tambahkan Nacl dengan konsentrasi tertentu sebanayak 2 ml dan biarkan selama 30 menit, kemudian amati hasilnya, setelah itu lakukan pemeriksaan mikroskopis untuk melihat terjadinya krenasikemudian catat hasilnya
Metoda yang digunakan pada praktikum  hematokrit pertama adalah hisap darah dengan kapiler sampai jarak 1 cm dari ujung bagian atas pipa kapiler yang sudah dilapisi heparin, kemudian sumbat ujung pipa kapiler dengan menggunakan chryta seal, lilin, atau sabun. Tempatkan pipa kapiler kedalam sentrifus mikro hematokrit , kemudian sentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 2500 rpm, keluarkan pipa kalpiler dan baca nilai hematokritnya dengan menggunakan reader hematokrit
Metoda yang digunakan pada praktikum hemoglobin adalah pertama isikan Hcl 0,1 N, hisap darh dengan pipet sahli sampai angka 20  kemudian masukan darah tersebut edalam tabung sahli yang sudah berisi HCl 0,1 n, tambahkan setetes demi setetes aquades sambil diaduk sampai warna sesuai dengan batang standar. Kemudian baca tinggi permukaan cairan pada tabung sahli. Angka yang terbaca menunjukan kadar Hb dari sampel darah tersebut
Metoda yang digunakan pada praktikum diferensial leukosit adalah Menghitung sel darah merahHisap darah dengan pipet untuk eritrosit sampai 0.5. Bersihkan ujungnya dengan kertas saring/tissue. Segera hisap larutan hayem sampai angka 101, dengan demikian darah diencerkan 200 kali.Peganglah ujung-ujung pipet dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah kemudian kocoklah dengan memutar-mutar membentuk angka 8, supaya yang tercampur hanya cairan yang terdapat didalam pipet yang menggelembung.Buanglah cairan yaang tidak mengandung sel darah merah (2-3 tets).Isikan kedalam kamar hitung yang sudah ada kaca penutupnya dengan menempelkan ujung pipet pada batas kamar hitung dengan menutup. Hitunglah sel darah pada kamar hitung (5 bujur sangka kecil) dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10X dan 40X.
Menghitung sel darah putih matoda yang di gunakan adalh sebagai berikut,Hisap darah dengan pipet untuk eritrosit sampai 0.5. Bersihkan ujungnya dengan kertas saring/tissue. Segera hisap larutan turk untuk darah mamalia dan laarutaan BCB untuk daha unggas sampai skala 11, dengan demikian darah diencerkan 20 kali.Peganglah ujung-ujung pipet dengan ibu jari dan jari telunjuk atau jari tengah kemudian kocoklah dengan memutar-mutar membentuk angka 8, supaya yang tercampur hanya cairan yang terdapat didalam pipet yang menggelembung. Buanglah cairan yaang tidak mengandung sel darah merah (2-3 tets).Isikan kedalam kamar hitung yang sudah ada kaca penutupnya dengan menempelkan ujung pipet pada batas kamar hitung dengan menutup. Hitunglah sel darah pada kamar hitung (4 bujur sangka kecil) dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 10X dan 40X
Metoda yang digunakan pada praktikum diferensial leukosit adalah siapkan 2 buah object glass, pegang ujung objek glass dengan ibu jari dan teunjuk kiri, letakan 1 tetes darah pada ujung object glass, dengan tangan kanan, pegang object glass lainya. Kemudian letakan object glass tersebut pada ujung object glass yang sudah ditetesi darah membentuk sudut . Kemudian gerkan object glass yang ada di tangan kanan kebelakang sampai menyinggung tetesan darah tadi, sehingga darah meneyabar sepanjang sudut antara kedua object glass. Setelah darah menyebar dengan hati hati dorong kedepan object glass ditangan kanan, maka terbentuklah preparat ulas. Setelah  itu lakukan pewarnaan dengan cara preparat ulas darah yang sudah dikeringkan diudara difiksasi dengan memasukanya kedalam methanol selam 5 smpai 10 menit, angkat dan biarkan kering diudara kemudian masukkan ke dalam larutan zat warna giemsa, biarkan selama 30 menit, angkat preparat dan bilas, kelebihan zat warna dengan menggunakan air karan yang mengalir, kemudian keringkan diudara atau menggunakan kertas isap. Setelah itu periksa preparat yang suah diwarnai di tetesi minyak emersi dan diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 100x.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Preparat Natif Darah
Susunan darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keeping-keping darah (trombosit), dan plasma darah.Pada praktikum ini ditemukan sel darah putih (leukosit), hal ini dikarenakan ciri-ciri dan spesifikasi leukosit yang memiliki inti atau nucleus. Hal ini ditunjang dengan pendapat Syaifuddin (2002) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik dari sel darah putih yakni memiliki inti atau nucleus serta mampu bergerak bebas dalam darah.Frandson (2000) yang menyatakan bahwa keping-keping darah atau trombosit bentuknya tidak teratur, tidak memiliki inti sel atau nucleus dan sifatnya mudah pecah.
Fungsi darah  pada  tubuh  manusia  ataupun  ternak adalah sebagai alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh, sebagai alat pengangkutoksigen dan akan menyebarkannya ke seluruh tubuh, mengangkut hasil oksidasiuntuk dibuang melalui alat ekskresi, mengangkut getah hormone dari kelenjarbungtu atau endokrin, menjaga suhu temperature tubuh, mencegah infeksi dengansel darah putih, antibody, dan sel darah beku, serta mengatur keseimbangan asaambasa dalam tubuh. darah berfungsi untuk mentransfor asam amino, asam lemak,mineral, dan bahan-bahan nutrisi lainnya darah juga mentransfor hormone dan vitamin kesel untuk mengatur proses metabolisme dalam sel. Melalui pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial, darah membantu mempertahankan pHdan konsentrasi elktrolit pada cairan interstitial dalam batas-batas yangdibutuhkan untuk fungsi sel yang normal (Saktiono,2000).




Tabel 1. Gambar bentuk eritrosit dan leukosit
Jenis Ternak
Eritrosit
Leukosit
Mamalia

             

Unggas



Hasil yang diperoleh dari praktikum preparat natif darah yaitu sampel darah yang diamati dibawah mikroskop nampak pada sampel tersebut keping sel darah merah dan sel darah putih yang masih bergerak seperti air mengalir.Hal ini sesuaidengan Poedjiadi (2001), yang menyatakan bahwa darah manusia ataupun hewan terdiri dari dua komponen penting yaitu sel-sel darah dan plasma darah (cairan darah). Dimana sel-sel darah itu sendiri terdiri dari sel darah merah dan sel darah putih serta keping darah, sedangkan cairan darah terdiri dari cairan darah (Plasma darah). Lebih lanjut  (Hamulwono,2003) yang menyatakan bahwa susunan darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), keping-keping darah (trombosit), dan plasma darah. Pada praktikum ini ditemukan sel darah putih (leukosit), hal ini dikarenakan ciri-ciri dan spesifikasi leukosit yang memiliki inti atau nukleus.
Selain itu hasil yang diperoleh juga menunjukkan tidak ada sel yang mengalami pengkerutan dan tidak ada sel yang berbentuk rouleaux serta tidak ada mikroorganisme di dalam sel darah kambing.
Hasil yang diperoleh tersebut dijelaskan juga oleh teori berikut yaitu Syaifuddin (2002) yang menyatakan bahwa salah satu karakteristik dari sel darah putih yakni memiliki inti atau nucleus serta mampu bergerak bebas dalam darah. Warna yang ditemukan pada sel darah putih adalah bening memiliki inti. Hal ini ditunjang oleh pendapat Watson (2002), yang menyatakan bahwa salah satu ciri dari sel darah putih tidak berwarna.

4.2.Waktu Pendarahan
Jika yang rusak adalah pembuluh arteri (pembuluh nadi), maka darah memancar dan berwarna merah terang. Jika yang rusak adalah pembuluh vena (pembuluh balik), maka darah mengalir dan berwarna merah tua. Jika yang rusak adalah pembuluh kapiler (pembuluh rambut), maka darah merembes seperti titik embun dan berwarna merah terang.
            
Gambar 1.  Waktu Pendarah
Adapun tabel yang di peroleh dari praktikum waktu pendarahan adalah sebagai berikut :









Tabel 2.  Waktu Pendarahan
NO
Kelompok
Waktu pendarahan pertama
Waktu pendarahan kedua
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
32 detik
56 detik
4 menit 28 detik
5 menit
2 menit 51 detik
1 menit 38 detik
1 menit 25 detik
1 menit
1 menit 31 detik
-
15 detik
1,27 detik
-
-
-
-

Dari hasil praktikum yang diperoleh diketahui bahwa perdarahan pada tangan praktikan yang ditusuk lanset steril terhenti pada waktu 32 detik. Hasil yang diperoleh ini juga dijelaskan pada teori berikut, yaitu waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti setelah penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2013). Sedangkan menurut Wiseman (2002), waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Dijelaskan juga pada teori berikut Waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pembuluh darah ini disebabkan terbentuknya agregat yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak. (Dsyoghi, 2010)
Hasil praktikum ini sesuai dengan teori berikut yaitu kisaran waktu pendarahan yang normal adalah 15 hingga 120 detik. (Dsyoghi, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yakni besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas kadar hemoglobin dalam darah.

4.3.Waktu Beku Darah
Wibowo (2009), yang menyatakan bahwa fibrin sangat berperan penting dalam pembekuan darah.Waktu beku darah biasa disebut dengan waktu koagulasi darah.Waktu antara darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit.
Tabel 3. Waktu Beku Darah
No
Kelompok
Waktu beku darah
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
7
8
2 menit 3 detik
56 detik
4 menit 28 detik
5 menit
2 menit 57 detik
-
5 menit 32 detik
-

Hasil praktikum yang diperoleh yaitu darah membeku dan terlihat benang putih pada waktu 2 menit 28 detik. Hal ini sesuai dengan teori berikut yaitu waktu beku darah biasa disebut dengan waktu koagulasi darah. Waktu antara darah masuk sampai terjadi penggumpalan adalah waktu koagulasi rata-rata 4 – 5 menit (Wibowo, 2009). Hal ini sesuai dengan pendapat (Widodo,Herdiman.P, 2004) yang menyatakan bahea terbentuknya fibrin disebabkan karena trombin yang merupakan enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah merah menjadi gel atau menggumpal.
Waktu beku darah dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik Faktor ekstrinsik dapat mengaktifkan faktor-faktor intrinsik (Schmid.k, 2003).

4.4.Laju Endap Darah (LED)
Tambayong.J(2001) yang menyatakan Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya

Table 4. Laju Endap Darah Darah Kerbau kelompok 1 dan 2
Kelompok
Waktu
Penurunan darah
Kelompok 2
Waktu
Penurunan darah
1
30
60
90
70
101
126
2
30
60
90
113
164
183

Ket      :  Kelompok 1
30 = 70
190 – 70 = 120
·         60 = 101
101 – 70 = 31
120 – 31 = 89
·         90 = 126
126 – 101 = 25
89 – 25 = 64

Grafik 1. LED darah kerbau kelompok 1
kelompok 2
·         30 = 113
190-113 = 77
·         60 = 164
164 – 113 = 51
77 – 51 = 26
·         90 = 183
183– 164 = 7
26 – 7 = 19
Grafik 2.  LED darah kerbau kelompok 2

Table 5. Laju Endap Darah Darah Kambing Kelompok 3 dan 4

Kelompok
Waktu
Penurunan darah
Kelompok
Waktu
Penurunan darah
3
30
60
90
66
80
95
4
30
60
90
125
140
162

Keterangan :
 kelompok 3
·         30 = 66
190 – 66 = 124
·         60 = 80
80 – 66 = 14
124 – 14 = 110
·         90 = 95
95 – 80 = 15
110 – 15 = 95

               Grafik 3. LED darah kambing kelompok 3


Kelompok 4
·         30 = 125
140 – 125 = 65
·         60 = 140
140 – 125 = 15
65 – 15 = 50
·         90 = 162 – 140 = 22
50 – 22 = 28
              Grafik 4. LED darah kambing kelompok 4
Table 6. Laju Endap Darah Darah ayam kelompok 5 dan 6

Kelompok
Waktu
Penurunan darah
Kelompok
Waktu
Penurunan darah
5
30
60
90
150
171
187
6
30
60
90
150
163
177



Keterangan :
 kelompok 5          :
·         30 =150
 190 – 150 = 40
·         60 = 171 – 150 = 21
= 40-21=19
·         90= 187-171 = 16
19- 16 = 3
Grafik  5. LED kelompok 5 darah ayam
Kelompok 6
·                     30 = 150
190 – 150 = 40
·                     60 = 163
163 – 150 = 13
40 – 13 = 27
·                     90 = 177
177 – 163 = 14
27                – 14 = 13
            Grafik 7. LED  kelompok 6 darah ayam

Table 7.  Laju Endap Darah Darah Kerbau kelompok 8

Waktu
Penurunan Darah
30
60
90
108
132
148

Keterangan      :
·         30 = 108
190 -100 = 82
·         60 = 132
132 – 108 = 24
82 – 24 = 58
·         90 = 148
148 – 132 = 16
58 – 16 = 42

Grafik 8.  LED kerbau kelompok 8

Radiopoetra(2000)yang berpendapat bahwa Proses pemeriksaansedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama (waktu di tentukan) Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi laju endap darahnya. Tinggi rendahnya laju endap darah sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita.
Tinggi rendahnya laju endap darah sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat. Walau pun demikian, tidak semua anemia disertai Laju Endap Darah (LED) yang cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat, laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan rouleaux sukar terjadi. Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah meningkat, Laju Endap Darah (LED) normal.

4.5.Hemolisis dan Ketahanan Osmotik Eritrosit
      Hasil yang di dapat pada percobaan hemolisis:
-          Darah sapi
Merah pucat ada endapan
Darah kambing
Merah pekat ada endapan
-          Darah ayam
-          Merah pucat ada endapan

Jie-b!ntang(044)
Gambar 2 : Tabung reaksi yang berisi larutan NaCl dan Darah (sapi,kambing dan ayam)
Hasil praktikum yang diperoleh yaitu pada pada konsentrasi 0,25 % NaCl, pada darah ayam mengalami lisis, sedngkan pada darah kambing dan sapi tidak mengalami lisis. Begitu juga dengan konsentrasi 0,9 %, 0,45 %, 0,65 % dan 3 % darah sapi, ayam dan kambing tidak ada yang mengalami lisis. Hal ini dijelaskan  dengan pendapat Sonjaya (2006), bahwa hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari sel darah merah yang disebabkan oleh medium/plasma yang hipotonis.
Cormack (2008) mengatakan bahwa Hemolisis adalah rusaknya jaringan darah akibat lepasnya hemoglobin dari stroma eritrosit (butir darah merah). Hemolisis dapat disebabkan karena penurunan tegangan permukaan membrane sel dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pelarut organik, saponin, garam empedu, sabun, enzim, dan faktor lain yang merusak komplek lemak-protein dari stroma. Faktor hemolisis ini ditemukan pada bisa ular  famili Elapidae.

4.6.Hematokrit
Hasil Yang di peroleh dari hasil praktikum hematokrit adalah sebagai berikut :
Tabel 8.  Nilai hematokrit  (%)
Nama Ternak
Kelompok
1
2
3
4
5
6
7
8
Sapi
Kambing
Ayam
45
31
20
45
30
23
45
31
24
43
30
22
44
30
21
48
32
23
45
30
23
45
32
23

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai hematokrit setiap hewan berbeda-beda. karena tidak sesuai dengan nilai normal hematokrit yang ditentukan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu jenis kelamin, usia dan kesehatan. Metode mikrohematokrit mempunyai keunggulan lebih cepat dan sederhana.Metode mikrohematokrit proporsi plasma dan eritrosit (nilai hematokrit) dengan alat pembaca skala hematokrit.
Jumlah butir darah merah berpengaruh langsung pada nilai hematokrit. Terjadinya perubahan butir darah merah memiliki pola yang sama dengan kandungan hematokrit. Hal ini dapat dipahami karena persentase hematokrit tersebut merupakan kandungan butir darah merah dibandingkan volume darah total. Nilai hematokrit sangat bervariasi bergantung pada aktivitas tubuh, ketinggian tempat, dan anemia. Hematokrit termasuk dalam parameter yang digunakan untuk menilai keadaan anaemia suatu hewan. Meningkatnya persentase hematokrit dapat disebabkan oleh leukosis limfoid (Gandasoebrata.R ,2004)

4.7.Hemoglobin
            Ada beberapa metode pemeriksaan hemoglobin.Diantara metode pemeriksaan hemoglobin yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih canggih adalah metode cyanmethemoglobin (Barbara.A, 2006).
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini yaitu pada darah sapi hemoglobin yang diperoleh adalah 10 %, darah kambing 8 % dan darah ayam 6 %.
Pendapat yang menerangkan tentang hemoglobin yaitu Frandson, (2002). menyatakan bahwa Pengaruh haemoglobin didalam sel darah merah menyebabkan timbulnya warna merah pada darah karena mempunyai kemampuan untuk mengangkut oksigen. Haemoglobin adalah senyawa organik yang komplek dan terdiri dari empat pigmen forpirin merah (heme) yang masing-masing mengandung iron dan globin yang merupakan protein globural dan terdiri dari empat asam amino. Haemoglobin bergabung dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk oksihaemoglobin yang selanjutnya melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh Sel darah mengalami hemolisis yang lebih cepat dibanding dengan pembentukan atau produksi sel darah yang baru. Proses penggantian sel darah merah dari atau oleh sel darah yang baru terjadi setelah sirkulasi 3 hingga 4 bulan.

4.8.Menghitung Jumlah Sel Darah Merah(Eritrosit)
Adapun hasil pengamatan menghitung jumlah sel darah merah pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :




Table . Jumlah Eritrosit per mmDarah

Kel
Jenis Ternak
Jumlah Eritrosit (per mm3darah)
3 dan 7
2 dan 6
4 dan 8
1 dan 5
Ayam
Sapi
Kambing
Kambing
17.240.100
11.200.00
4.910.000
8.200.000

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai jumlah eritrosit setiap ternak berbeda-beda.Cara perhitungan sel darah merah yaitu pengenceran didalam pipet eritrosit adalah 200 kali. Kedalaman kamar hitung 0,1 mm, jadi harus dikalikan 10. Sel darah merah dihitung pada 5 bujur sangkar yang masing-masing berukuran 1/25 mm3, jadi untuk menghitung jumlah sel darah dalam 1mm3maka harus dikalikan 5.dengan demikian factor pengalinya adalah 200x10x5.
Sel darah merah (RBC) merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu mililiter darah. Setiap orang memiliki jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam tubuhnya
Prinsip pemeriksaan ini adalah darah diencerkan dalam pipet eritrosit kemudian dimasukkan dalam kamar hitung.Jumlah eritrosit dihitung dalam volume tertentu dengan menggunakan faktor konversi jumlah eritrosit per ul darah.Sebagai larutan pengencer digunakan larutan Hayem (Gandasoebrata, 2001). Menurut pendapat Hamulwono(2003) menghitung jumlah sel darah merah menggunakan alat, yaitu hemositometer dan  menggunakan larutan hayem. Larutan hayem digunakan untuk menghitung jumlah sel darah merah, karena larutan ini dapat melisiskan seluruh sel yang ada di darah, kecuali sel darah merah sehingga sel darah merah dapat dihitung.


4.9. Menghitung Jumlah Sel Darah Putih (leukosit)
Komposisi sel darah putih dengan nilai normalnya yaitu Leukosit pada manusia memiliki nilai normalnya 5000 – 10.000/μL, dimana leukosit terdiri dari granular meliputi netrofil 60 – 70%, eosinofil 2 – 4%, basofil 0.5 – 1%; dan Agranular meliputi limposit 20 – 25% dan monosit 3 – 8% (Pujianto, 2004).
Menurut Frandson (2003), hitungan sel darah putih total dinyatakan dalam jumlah sel dalam milimeter kubik darah, hitungan ini berlaku untuk sel darah merah atau sel darah putih meski teknik dan peralatannya berbeda. Hasil ini Sangat jauh melenceng dari data yang ada, seharusnya jumlah sel darah putih sapi bekisar 4,0 – 12,0. ternyata yang didapat lebih dari data yang telah ditentukan
Rumus total sel darah putih pada kambing  per mm3
L x 50
L = (49 + 45 + 50 + 39) x 50
= 83 x 50 = 9.150
Adapun hasil pengamatan menghitung jumlah sel darah putih pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 10. Jumlah sel darah putih pada ternak

Kel
Jenis Ternak
Jumlah Leukosit (per mm3darah)
3  dan 7
2 dan 6
4 dan 8
1 dan 5
Ayam
Sapi
Kambing
Ayam
18.600
28.800
9.150
19.200

Menghitung jumlah leukosit pada prinsipnya sama saja dengan cara menghitung jumlah sel darah merah (eritrosit) hanya saja yang  digunakan pipet dan kamar hitung yang berbeda, jika tadi pada saat menghitung sel-sel darah merah dengan kamar hitung yang memiliki skala yang kecil dengan jumlah 40 kamar akan tetapi sekarang menghitung dalam kamar hitung yang berukuran besar dengan jumlah 25 kamar

4.10. Diferensial Leukosit (Leukogram)
Darah dapat dibuat preparat apus dengan metode supra vital yaitu suatu metode untuk mendapatkan sediaan dari sel atau jaringan yang hidup. Sel-sel darah yang hidup dapat mengisap zat-zat warna yang konsentrasinya sesuai dan akan berdifusi ke dalam sel darah tersebut, selanjutnya zat warna akan mewarnai granula pada sel bernukleus polimorf (Schmid.K.dkk,2000).
Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria, tripanasoma, microfilaria dan lain sebagainya. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil yang baik (Poedjiadi,Anna.2004).
Dasar dari pewarnaan Romanowsky adalah penggunaan dua zat warna yang berbeda yaitu Azur B (Trimetiltionion) yang bersifat basa dan eosin y (tetrabromoflurescein) yang bersifat asam. Azur B akan mewarnai komponen sel yang bersifat asam seperti kromatin. DNA dan RNA. Sedangkan eosin y akan mewarnai komponen sel yang bersifat basa seperti granula eosinofil dan hemoglobin. Ikatan eosin y pada Azur B yang bergenerasi dapat menimbulkan warna ungu, dan keadaan ini dikenal sebagai efek Romanowsky giemsa efek ini sangat nyata pada DNA tetapi tidak pada RNA sehingga menimbulkan kontras antara inti yang berwarna untuk sitoplasma yang berwarna biru (Radiopoetra,2000).
Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari kapiler  atau vena, yang dihapuskan pada kaca obyek. Pada keadaan tertentu dapat pula digunakan darah EDTA. (Subama,2006).
Adapun hasil dari Diferensial Leukosit yang di dapatkan adalah sebagai berikut :

Tabel 11 . Jumlah Total Leukosit

Leukosit
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
JUMLAH
MYELO
EOSINOFIL
BASOFIL
STAB
SEGMEN
LIMFOSIT
MONOSIT
JUVEN
TOTAL
7
7
1
1
4
4
1
1
6
21
2
2
5
1
1
5
5
8
6
2
4
4
6
3
2
41
1
1
13
2
4
4
1
1
14
2
1
1
26
1
2
1
2
6
1
19
7
10
10
10
70
10
10
10
10
10
10
100


Kriteria preparat yang baik :
  1. Lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca benda sehingga masih ada tempat untuk pemberian label.
  2. Secara granulapenebalannya nampak berangsur-angsur menipis dari kepala ke arah ekor.
  3. Ujung atau ekornya tidak berbentuk bendera robek.
  4. Tidak berulang-ulang karena bekas lemak ada di atas kaca benda.
  5. Tidak terputus-putus karena gerakan gesekan yang ragu-ragu.
  6. Tidak terlalu tebal (karena sudut penggeseran yang sangat kecil) atau tidak terlalu tipis (karena sudut penggeseran yang sangat besar).
  7. Pewarnaan yang baik (Hardjoeno,2000).



















BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
              Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui vena dan arteri yang memasok oksigen, dan bahan makanan ke seluruh jaringan tubuh serta mengambil karbondioksida dan sisa metabolisme dari jaringan. Darah memiliki dua komponen penyusun yaitu plasma dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian dari komponen darah yang berwarna kekuning-kuningan yang jumlahnya sekitar 60% dari volume darah, sedangkan sel darah adalah komponen selluler dari darah termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Leukosit) dan keping-keping darah (trombosit).
              Pada preparat natif darah pada darah sapi terdapat leukosit yang ditandai dengan warna ungu, eritrosit dan trombosit yang ditandai dengan warna kebiru-biruan dilihat dengan pembesaran mikroskopi 40x. Sel darah mamalia berbeda dengan sel darah unggas.Sel darah merah mamalia mempunyai bentuk seperti cakram, bikonkaf, sirkular dan tidak berinti.Sedangkan sel darah merah unggas berbentuk lonjong (oval) dan berinti.
Dari praktikum waktu perdarahan dan waktu beku darah yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa waktu perdarahan pada praktikan ada yang normal dan ada yang tidak normal. Waktu perdarahan ini di pengaruhi oleh kondisi kesehatan dari praktikan. Sedangkan pada waktu beku darah pada praktikan tersebut tidak ada yang normal. Karena tidak terbentuk benang-benang putih (fibrin) pada darah praktikan. Pada proses koagulasi darahtidak didapatkan benang fibrin hingga darah hampir menggumpal. Proses koagulasi darah setiap individu manusia berbeda-beda sesuai dengan golongan darah masing-masing dikarenakan setiap golongan darah meniliki antibodi yang berbeda-beda.  
Dari praktikum laju endap darah dan hemolisis yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan darah setiap 30 menit yang dipengaruhi oleh factor perubahan plasma darah (kekentalan/viskositas plasma), jumlah sel darah merah dan tegangan permukaan. Pada praktikum hemolisis, terjadi hemolisis pada campuran darah sapi dengan NaCL berkonsentrasi 0,25% dan 0,45%. Sedangkan pada preparat natif darah pada darah sapi terdapat leukosit yang ditandai dengan warna ungu, eritrosit dan trombosit yang ditandai dengan warna kebiru-biruan dilihat dengan pembesaran mikroskopi 40x. Sel darah mamalia berbeda dengan sel darah unggas. Sel darah merah mamalia mempunyai bentuk seperti cakram, bikonkaf, sirkular dan tidak berinti. Sedangkan sel darah merah unggas berbentuk lonjong (oval) dan berinti.
              Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas kedalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dan lain-lain. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosi berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).
              Pada pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual dan cara automatik. Pada cara manual dilakukan dua pengukuran yaitu secara mikro dan secara makro. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang terdiri dari protein kompleks terkonjugasi yang mengandung besi dan berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin.
praktikum hemoglobin dapat disimpulkan bahwa kadar hematokrit ternak berbeda-beda. Metode yang digunakan yaitu metode sahli yang dengan prinsip yaitu  Hb didalam darah diubah menjadi hematin asam yang berwarna coklat dengan penambahan HCl encer (0,1N).
Dari praktikum menghitung jumlah sel darah dapat disimpulkan bahwa jumlah sel darah pada tiap ternak berbeda. Hal ini dipengaruhi opleh factor spesies, jenis kelamin, kesehatan, dan umur. Larutan pegencer yang digunakan pada tiap ternak juga berbeda-beda, misalnya larutan hayem untuk eritrosit, larutan turk untuk leukosit mamalia dan laritan BCB untuk leukosit unggas.
Dari praktikum diferensial leukosi (leukogram) dapat disimpulkan bahwa bahwa bentuk sel leukosit dibagi menjadi 2, yaitu granulosit dan agranulosit. Dimana pada bentuk sel granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil, sedangkan pada sel leukosit agranulosit terdiri dari limfosit kecil, limfosit besar dan monosit. Dan pada praktikum yang praktikan lakukan, sel leukosit yang dilihat pada mikroskop tidak begitu jelas yang dikarenakan terlalu tebal nya lapisan darah yang di tetesi pada object glass, sehingga  bentuk-bentuk sel pada sel leukosit tidak begitu jelas. Differensial Leukosit, penghitungan total leukosit penting untuk diagnose klinik, tetapi akan lebih memberikan gambaran yang lengkap dengan perhitungan differensial leukosit. Differensial leukosit merupakan persentase setiap jumlah sel darah putih dari total leukosit. Setiap jenis sel darah putih mempunyai fungsi yang berbeda dalam melawan infeksi dan setiap penyakit menghasilkan perbedaan sel darah putih yang di dalam darah. Bentuk leukosit dibagi menjadi dua, yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit dibagi lagi menjadi tiga jenis yaitu Neutrofil, Eosinofil, dan Basofil. Sedangkan Agranulosit dibagi lagi menjadi tiga yaitu Limfosit kecil, Limfosit Besar, dan Monosit.


5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas sebaiknya praktikan lebih serius dalam pelaksanaan praktikum. Lebih teliti dalam menghitung jumlah sel darah pada kamar hitung. Mendengarkan dengan baik ketika asdos menjelaskan. Harus lebih disiplin dan berhati-hati di dalam melakukan praktikum agar praktikum berjalan dengan lancar dan  hasil yang diperoleh pun memuaskan.






















DAFTAR PUSTAKA
Ahndji.B.J.2001. Outline of  Veterinary Clinical Pathology. Second Edition. The Iowa State University press,Ames,Iowa,USA.
Atika, 2009. Fungsi darah.Jakarta
Abhique, 2010. Sistem Kardiovaskuler. http://abhique.blogspot.com.Diakses pada tanggal 16 Februari 2010 pukul 20.43 WITA. 
Bachyar. 2002.Metode Pemeriksaan Hemoglobin.http://www.psychoplogymania. com/2012/o9/metode-pemeriksaan-hemoglobin.html.
Barbara A. B, 2006. Hematologi: Principle dan Procedures. LEA dan REB.
Bakta, 2003. Hematologi Klinik Ringkas. Penerbit Buku Kedokteran Elic, Jakarta.
Barbara A. B, 2006. Hematologi: Principle dan Procedures. LEA dan REB.
Bakta, 2003. Hematologi Klinik Ringkas. Penerbit Buku Kedokteran Elic, Jakarta.
Barbara A. B, 2006. Hematologi: Principle dan Procedures. LEA dan REB
Conteres M, 2005. Petunjuk Penting Transfusi Darah edisi 2, Jakarta.
Cormack. 2008. Histologi veterinner. UI Press : Jakarta.
Cambridge University Press. USA. Sunarto. 2000. IPIOLOGI. Surakarta: Tiga Serangkai. Diakses tanggal 27 April 2014.
Dharmawan, NS. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner, Hematologi Klinik.    Universitas Udayana: Denpasar.
Dsyoghi,2010.Waktu Koagulasi dan Waktu Pendarahan. Watson. 2007. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC : Jakarta.
Evelyn, Pearce.2000Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Jakarta. Diakses tanggal 27 April 2014
Frandson, R.D. 2002. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press . Yogyakarta.
Frandson, 2002. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Universitas Gajah Mada Press.   Yogyakarta. 

Fachrian, 2009. Hematologi Jilid 1. PUSDIKNAKES, Jakarta.
Gandasoebrata R, 2009. Penuntun Laboratorium klinik. Penerbit Duan Rakyat. Jakarta.
Guyton, Arthur. C. 2003.  Fisiologi Manusia dan Mekanisme Terhadap Penyakit  EGC. Penerbit Buku Kedokteran . jakarta
Guyton, Arthur C. 2003. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit. EGC Penerbit Buku kedokteran . Jakarta.
.Gandasoebrata R, 2001. Penuntun Laboratorium klinik. Penerbit Duan Rakyat. Jakarta.
Guyton & Hall.2004Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hamurwono GB, 2003. Pedoman Pelayanan Teransfusi Darah. Direktur        Pelayanan Meddik Dasar. Jakarta.
Hardjoene, 2000. Interpretasi Hasil Laboratorium Diagnostik. Penerbit Buku Unervitas Hasanuddin, Makassar.
Hamurwono GB, 2003. Pedoman Pelayanan Teransfusi Darah. Direktur Pelayanan Meddik Dasar. Jakarta.
Hardjoene, 2000. Interpretasi Hasil Laboratorium Diagnostik. Penerbit Buku Unervitas Hasanuddin, Makassar.

Isbister J. P, 2003. Hematologi Klinik Pendekatan Berorientasi Masalah. Editor Kartini Agnes dkk, Penerbit Hipokrates, Jakarta.
Isbister J. P,2000. Hematologi Klinik Pendekatan Berorientasi Masalah. Editor Kartini Agnes dkk, Penerbit Hipokrates, Jakarta.
Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan. Gadjah Mada
                        Press.Yogyakarta
Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Bandung : Grafindo
Martini.2009Fungsi hemoglobin. http//widiablog.blogspot.com diakses pada tanggal 8 Desember 2013 jam 15.00
Nasir, N, 2006. Usulan Penelitian, Program Studi Analisis Kesehatan. Politeknik Kesehatan Makassar.     
Pandu  .2011. Eritrosit dan Leukosit, http://chumbroo.blogspot.com/2011/04/v-behaviorurldefaultvmlo.htmlDiakses tanggal 01 Oktober  2013.
Poedjiadi, Anna. 2001. Dasar dasar biokimiaJakarta. Indonesia University Press.
Poedjiadi, Anna. 2004. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press . Jakarta.
Pujianto, 2004. Khasanah Pengetahuan Biologi. Tiga Serangkai . Solo.
Radiopoetra,2000,Jendela Ipteks,Jakarta: balai Pustaka.
Schmid, K.dkk.2000. Animal Physiology Adaptation and Environment. Cambridge University Press . USA.
Sacher RA dan McPherson RA, 2004. Tinjauan Klinik Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11, EGC. Jakarta.
Simmons A, 2009. Hematologi A Combined Theoritical and Technical Upproach. W.B. sounders Company.
Sahabuddin, 2005. Usulan Penelitian, Program Studi Analis Kesehatan. Politeknik Kesehatan Makassar.
Subama, 2006. Diklat Hematologi. Akademi Analis Kesehatan Depkes Bandung
Sonjaya, H. 2006. Bahan Ajar Fisiologi Ternak Dasar. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Sarkar & Devi. 2006. Konsentrasi Sel Darah. EGC : Jakarta.
Sonjaya. 2013. Penuntun Praktikum Fisiologi Ternak Dasar. Fakultas Peternakan. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Syaifuddin, 2002. Fisiologi Manusia dan Mekanisme terhadap Penyakit EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Saktiyono.2000. Biologi umumJakarta: Erlangga.
Schmid, K.dkk2003. Animal Physiology. Adaptation and Environment.
Syarifah, Elfira Rosa. 2013. Panduan praktikum fisiologi hewan. Palembang
Supriasa. 2001. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Suyono2001Faktor hemoglobin. Http// laporan praktikum fisiologi hewan.scrib.com diakses pada tanggal 8 Desember 2013 jam 15.00
Sonjaya, Herry. 2012. Dasar Fisiologi Ternak. Bogor : IPB Press
Sloane , E., 2004, Anatomi dan Fisiologi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta. 
Syaifuddin, 2002. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Widya Medika, Jakarta.       
Sacher RA dan McPherson RA, 2004. Tinjauan Klinik Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 11, EGC. Jakarta.
Simmons A, 2009. Hematologi A Combined Theoritical and Technical Upproach. W.B. sounders Company.
Sahabuddin, 2005. Usulan Penelitian, Program Studi Analis Kesehatan. Politeknik Kesehatan Makassar.
Subama, 2006. Diklat Hematologi. Akademi Analis Kesehatan Depkes Bandung.
Tambayong, J.,  2001. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperwatan. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 
Wibowo,Fredi.2009.Proses Penggumpalan Darah.
Wiseman, J.and W.J.A. Cole. 2000 . Feedstuff Evaluation. Butterworth. London.
Widodo, Herdiman. P, 2004 Bunga Rampai Penyakit Infeksi, FKUI Jakarta.
Widodo, Herdiman. P, 2004 Bunga Rampai Penyakit Infeksi, FKUI Jakarta.   

Watson, R., 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

3 komentar:

  1. sands casino - Situs Judi Slot Online Gacor & Terpercaya
    Situs Judi Slot Online Terpercaya Indonesia. Game slot online gacor terbaru & pragmatic play. Slot88. Jika mempunyai 샌즈 카지노 먹튀 produk seperti live casino

    BalasHapus
  2. Casino - Overview, Hours, Menu, Reviews - Mapyro
    This is 강원도 출장안마 a smaller city but you can enjoy 강릉 출장안마 a wide 진주 출장샵 variety 안동 출장샵 of gaming and entertainment options. Casino offers 경주 출장안마 more than 500 gaming tables. The casino has

    BalasHapus